#KabaretOriental Menguak Fenomena Keluarga Cina Peranakan di Indonesia


Sejak EKI Dance Company ini berdiri (1996), mereka selalu konsisten menampilkan pertunjukan yang menguak fenomena-fenomena yang dialami oleh masyarakat. Tidak hanya itu, mereka juga konsisten memberikan pesan dan perenungan bagi penonton dalam setiap pertunjukannya. Setelah sukses dengan fenomena cinta sepasang remaja yang beda kelas di “Jakarta Love Riot” tahun 2011 kemarin, kali ini mereka mengangkat tema tentang konflik internal sebuah keluarga Cina Peranakan di Indonesia dalam pertunjukan “Kabaret Oriental – Anak Emas Juragan Batik”.

Pada tanggal 20 -24 Maret 2012 nanti, EKI Dance Company bersama dengan Djarum Apresiasi Budaya dan BCA mempersembahkan pertunjukan “Kabaret Oriental – Anak Emas Juragan Batik” di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan berdurasi 90 menit ini dibintangi oleh Sarah Sechan, Cynthia Lamusu, Bayu Oktara, Uli Herdinansyah, Ary Kirana, Darwyn Tse, Kelompok Sahita Solo, Yayu Unru dan penari EKI Dance Company.

Cerita tentang keluarga alm. Hwang Cin Hin, pengusaha batik di Indonesia yang mempunyai empat orang istri. Diceritakan istri pertama – ketiga sudah meninggal dan hanya istri keempat yang masih hidup. Dengan begitu istri keempat menanggung beban “Godmother” yang bertanggung jawab mengasuh semua anak dari semua istri almarhum suaminya. Anak laki-laki dari istri pertama dan anak laki-laki dari rahimnya sendiri terlibat pertengkaran dalam menjalankan roda perusahaan batik almarhum suaminya. Dia sendiri sebagai seorang “Godmother” harus tetap bisa mempertahankan roda perusahaan sekaligus keutuhan keluarga besar Hwang Cin Hin. Lalu, bagaimana akhirnya? Saya juga nggak tahu. Hehehe.. Mending nonton bareng-bareng aja yuuukk 🙂

Saya sendiri juga berasal dari keluarga Cina Peranakan di Indonesia. Kakek saya lahir di daratan Cina tepatnya di provinsi Fujian – Cina Selatan. Kakek saya sejak berusia 5 tahun sudah diboyong ke Indonesia oleh Papanya. Kakek buyut saya kemudian menyambung hidup dengan menjadi distributor kulit mentah di Surabaya. Usaha itu kemudian diwariskan ke kakek saya dan sekarang masih tetap dipertahankan oleh Papa saya. Nenek lahir di Indonesia tapi Papa dan Mamanya asli orang Shanghai. Nenek saya menikah dengan kakek lantaran karena dijodohkan oleh kedua keluarga. Padahal kakek saya waktu sudah menikah dan punya anak. Jadi, nenek saya adalah istri kedua dari kakek saya. Meskipun sudah menjadi istri kedua bukan berarti istri yang terakhir. Kakek dan nenek saya bercerai lantaran ada wanita lain yang akhirnya menjadi istri ketiga kakek saya. Nenek saya pun akhirnya menikah lagi dan punya anak dari suami keduanya. Ribet yahh… hehehe 🙂

Bagi orang Cina Peranakan di Indonesia, orang yang paling mereka percaya adalah keluarga sendiri, apalagi dalam hal bisnis. Sehingga tidak heran juga apabila banyak bisnis keluarga yang diwariskan turun-temurun di dalam keluarga Cina Peranakan. Namun, dibalik itu banyak konflik internal yang dialami di dalam keluarga tapi mereka sangat pintar menyembunyikan agar tidak diketahui orang banyak.

Papa saya dulu sempat kerja bareng dengan adiknya. Namun, karena konflik internal akhirnya Papa saya terdepak keluar dan harus memulai bisnis sendiri, kembali dari nol. Setelah beberapa kali mencoba usaha baru dan gagal, akhirnya ia mulai menekuni kembali usaha kakek saya yaitu menjadi seorang distrMamator kulit mentah. Meskipun pekerjaan yang menjijikan dan bau, tapi berkat usaha itulah saya dan keempat saudara saya bisa hidup dan sekolah.

Banyak sekali konflik internal yang terjadi dalam keluarga Cina Peranakan namun mungkin tidak banyak yang tahu. Pada pertunjukan “Kabaret Oriental –Anak Emas Juragan Batik” ini menguak salah satu contoh konflik internal yang terjadi pada keluarga Cina Peranakan di Indonesia. Mungkin bukan merupakan kisah nyata tapi bisa disimpulkan bahwa fenomenanya memang seperti itu. Bukan untuk semakin menonjolkan suku etnis Tionghoa di Indonesia namun justru untuk menyamakan persepsi masyarakat Indonesia bahwa mereka (Cina Peranakan) juga orang Indonesia. Justru karena banyak perbedaan itulah Indonesia menjadi semakin kaya.

Image